Awal

Ku lihat mereka sedang duduk asik diujung sana. Tertawa dan bercanda seperti biasanya. Mungkin, mereka sedang menunggu pesanan karena ku lihat tak jauh dari mereka terdapat pedagang baso atau cuangki, entah lah. Sadar akan kehadiran ku yang sedang berjalan mendekat, mereka memberikan senyuman terindah yang amat sejuk ku pandang. Senyuman yang nantinya akan ku rindukan disetiap pagi, siang, sore dan malam ku. Sebuah momen sederhana yang kurindukan hingga detik ini. "Sombong nih! udah punya temen baru aja!" celotehan yang seperti biasa keluar dari kedua mulut laki laki remaja usil ini. Kedua kakak ku.  Tanpa sadar pelukan ku sudah mendarat di kedua dadanya. Setelah itu giliran pelukan seorang wanita dengan mata yang kan ku rindukan untuk selalu menatapnya.. yang ku panggil dirinya dengan panggilan mamah. Terakhir, dari seorang pria separuh baya dengan jenggot khasnya yang akan selalu ku rindukan untuk menyentuhnya, ayah. Sudah cukup semua pesannya(nasehat), kali ini hanya ada senyuman dan tatapan dengan penuh arti pada setiap detiknya. Ku lihat tatapan dan senyuman(ada juga yg tertawa kecil) mereka berempat, penuh antusias. Ya, wajar saja, anak bontot di keluarga ini akan berpisah, hidup mandiri melanjutkan SMA disebuah pondok pesantren, setelah TK, SD hingga SMP hidup melekat bersama kedua orang tua dan akhirnya ia berkenalan dengan jarak, menjauh.

Sekali lagi, sebuah Momen yang tak akan pernah ku lupa hingga detik ini, perpisahan pertama diri ku dengan keluarga ku.

Saat itu suasananya terlalu mendalam hingga aku begitu tak peduli dengan lingkungan sekitar. Rasanya ada api yang membara di dalam jiwa ku, rasa semangat yang begitu kuat dan bergelora tak sabaran untuk memulai sebuah aktifitas, menyambut gelar yang disebut santri. Sehingga otak ku terlalu pikun untuk mengingat seluruh kejadiannya. Terasa cepat namun melekat. Sungguh, sangat melekat. Sayangnya.. rasa rindu dan sendu datang terlambat.

Sambil berjalan menjauh, ku lambaikan tangan ke arah mereka. Masih tersimpan  pemandangan itu.. mereka tersenyum sambil membalas melambaikan tangan.

"Dadah ayah, mamah, aa, kakak.. ekal pesantren dulu yah" kata hati ku.

Kini aku menjemput sebuah kisah baru.. kisah yang tak pernah aku menduganya.

Komentar

  1. Gk tau kenapa setiap baca cerita bang ekal selalu tersentuh

    BalasHapus
  2. Assalammu'alaikum kak haykal.... hahaha aku pikir kakak ga mau lanjutin blog kaka, padahal aku masih pingin baca, aku sering nyuruh kaka di ig supaya lanjutin blognya.. setiap baca cerita dari kakak aku gak tahu kenapa selalu nangis, banyak motivasi yang bisa aku ambil dari cerita kaka, aku juga suka dngn kata2 yang kaka buat. Ehh gaje ya kak aku komennya ? Soalnya aku gak tahu nyampeinnya gimana :) ehh kak Barakallah fiik ya kak semoga allah selalu memberi kakak kemudahan untuk selalu mengingat hafalan yang udh kaka hafal, semoga dengan hafalan kakak ini kakak dan orang tua kakak dapat syafaat di akhirat nanti oleh Allah... ehh satu lagi kak makasih waktu itu kakak pernah mampir ke instagram aku, aku ga nyangka aja kakak bisa mampir,mungkin kaka tahu siapa aku, ehh maksudnya tu gak asing dengan kata2 aku di atas karna aku sering komen2 di ig kakak. Hahaha kalau kakak pusing dengan apa yang aku bilang diatas jangan dipikirkan lagi lupakanlah... kak ntar kalau buat cerita banyak-banyak-banyak-banyak-banyak-banyak ya kak, terus pake kaya puisi2 gitulah :) oiya masukin juga tentang mamah chia... titip salam buat mamah chia ya kak.. makasih kak.... assalammu'alaikum kak... :) :) :) :)

    BalasHapus
  3. Menurut Lo pesantren enak gk sih?

    BalasHapus
  4. gas slurr lanjutkeun

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer