Tak Sama
Hidup terasa berjalan begitu lama saat ku sedang tidak nyaman menjalaninya, dan hidup terasa cepat saat aku merasa senang. Membaca tanda-tanda dan perubahan pada kehidupan diri sendiri, menuntun kita untuk menemukan apa tujuan kita. Tersadar, yang dahulu kita angan-angankan bisa saja hanya menjadi bayangan diri semata, tampak tapi tak mampu didapat. Berbagai pikiran melayang mengisi ruang di kepala. Dalam keadaan cemas dan tak menentu, cobaan selalu bertamu.
..
Lagi-lagi. Sinar matahari terasa begitu terang, sehingga aku harus memejamkan mata ku sejenak. Kepala ku sedikit pusing tetapi badan ku terasa segar. Garis lantai membekas di pipi ku. Ku lihat jam sejenak, pukul 10 pagi, sudah berapa lama aku tertidur?
Mushaf terbuka diatas lemari. Dengan sebuah tanda ditengah halaman. Sedikit lupa apa saja yang harus ku lakukan hari ini?
Air wudhu membasahi tubuh ku, rasa kantuk perlahan mengalir bersamanya. Setiap anak tangga yang ku lewati, berbagai perasaan baru datang berkenalan. Hampir setiap hari aku melewati rutinitas yang sama, sampai kapan? 4 tahun aku harus menjalaninya. Apa yang dilakukan keluarga ku? Bagaiman kabar teman-teman lama ku? Berbagai pertanyaan menghampiri. Ternyata ini rasanya rindu.
Tiga bulan sudah ku lewati. Bulan Oktober, bulan yang ku nanti bukan? Walau dikeluarga kami tidak ada tradisi perayaan hari ulang tahun, tapi hari itu selalu terasa beda. Tidak ada pemberian hadiah di hari spesial, karena ayah ku bilang hadiah bukan diberikan di hari tertentu saja, kapan pun dan apa pun yang ayah berikan adalah hadiah.
Satu permintaan ku di hari itu, bisa kah aku berjumpa dengan keluarga ku sebagai 'hadiah'?
Di sudut Masjid aku membaca Kalam Ilahi sembari memandang jendela. Sinar mentari yang menjadikan hijau terasa indah. Satu per satu ku lihat mobil yang berdatangan masuk ke lingkungan ini, tidak ada mobil bewarna putih yang ku inginkan. Matahari terbenam, mobil putih yang ku tunggu-tunggu tak kunjung datang.
Kegiatan yang ditunggu-tunggu santri tiba, hari itu adalah Hari Santri Nasional. Malam itu adalah jadwal lomba bola api, tapi aku memilih berdiam sendirian dikamar. Ku pinjam HP asrama yang memang jadul. Mungkin ini waktu yang tepat, pikir ku. Angka demi angka aku tekan. Suara berat yang khas terdengar menyapa ku pelan disana. "Assalamualaikum, Selamat ulang tahun ekal".
Terkadang, kita butuh keduanya, jarak dan waktu, agar memahami apa arti dari sebuah kasih sayang. Terkadang, kita butuh sepi agar memahami apa itu arti kehadiran. Terkadang, kita butuh rindu untuk merasakan cinta.
Aku tak pernah selemah ini, tapi hati ku begitu jujur. Ku gigit perlahan bibir ku. Air mata ku mengalir. Suara ku bergetar. Ku ucap kata rindu kepadanya. "Kenapa ayah ga dateng kesini?"
Ku bilang kepadanya, beberapa bulan lalu ku lihat ia foto bersama kakak, kemudian aa, kapan dengan diri ku?
"Kita semua sama-sama sedang berjuang..."
"Ekal berjuang disana pesantren, ayah sama mamah disini kerja, Aa berjuang main bola, Kakak disana sekolah."
"Kita laki-laki, kita pergi, ada saatnya nanti kita kumpul lagi."
Sungguh, kata-katanya pun juga berlaku sampai detik ini.
Perlahan isak tangis ku mereda. Kita bercanda tawa. Bercerita. Hadiah ku istimewa sekaligus sederhana.
..
Thanks buat temen-temen yang selalu setia membaca, dan berkali-kali ingetin aku di ig buat selalu nerusin blog.
Senin, 10 Mei 2021
Kak, terusin lagi, yuk, blog nyaa😁
BalasHapus