Sepi Menjadi Manusia Bahagia
Kembali dengan cerita hikmah kehidupan ku saat ini.
Hari ini aku menulis bukan tentang kisah masa lalu ku, bukan dengan cerita yang seru, bahagia, dan istimewa. Namun, hari ini aku ingin menulis untuk mengalirkan nada-nada hati yang memiliki rima. Menyusun perlahan untuk menjadi alunan melodi yang indah melalui barisan kata demi kata.
Hujan seperti biasa meramaikan hari-hari yang terasa sepi. Siang menuju gelapnya malam, rintiknya menutupi relung hati yang terasa hampa. Hingga perlahan, mata yang seharusnya terpejam tiba-tiba melihat apa yang telah dilakukan pada hari-hari yang terlewati, melihat perkembangan diri sendiri.
Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam benak ku,
Mengapa kamu dahulu melakukan itu? Mengapa kamu pernah mengorbankan Allah? Mengapa kamu memilih sesuatu yang bersifat duniawi? Mengapa kamu mengobati masalah dengan pelampiasan dosa?
Hari ini aku berhasil menyusun satu bait melodi dalam hidup ku, melodi itu berbunyi
Jika kamu memilih pilihan yang tidak benar, jauh dari Allah, dan mengandung dosa kemaksiatan, maka suatu saat kamu harus menerima resikonya.
Aku terdiam dan mencoba terpejam, memaksakan lisan beristighfar dan berbicara kepadaNya.
Ya Rahim, Wahai yang Maha Penyayang, aku takut, malam ini mungkin aku tersadar akan kebenaran, iman menguasainya, menyesali yang telah lalu, dan bertekad mencetak kebaikan tanpa kemaksiatan yang terulang, tapi aku takut jika aku lupa akan hari ini. Lupa akan kesaksian ku, tekad yang ku tanamkan, melupakan Mu.
..
Hari-hari ku biasa saja. Seperti biasa, angin menyapa ku terkadang bersama tangisan hujan. Melihat awan yang bergerak melambai tangan dari kejauhan. Terkadang, memikirkan interaksi alam membuat ku merasa sepi, tapi itu lah kehidupan. Tak selamanya manusia baik akan selalu hadir menemani kita, mendengarkan kisah kita, bukan karena mereka tidak peduli, hanya saja Allah merindukan mu untuk berbagi kisah denganNya. Aku percaya bahwa, suatu saat keheningan ku saat ini akan berganti menjadi kebahagiaan sejati dengan buah kesabaran.
Aku masih memiliki ibu yang selalu riang mendengar suara ku jauh disana. Bercerita hari-hari yang lalui, mimpi-mimpi yang ingin ku gapai, dan kisah masa lalu yang menjadi buah hikmah. Aku rasa, aku tidak pantas untuk bersedih. Aku memiliki senjata pamungkas kehidupan, doa orang tua. Bagi ku sekarang sangat lah cukup, berbagi waktu besama ibu. Sangat cukup. Walau hanya via suara.
Aku bilang kepadanya bahwa aku baik-baik aja, bertanya soal teman, aku bilang bahwa aku akan selalu memiliki teman yang baik dan mengerti, walau aku jarang sekali bermain keluar dan sering menolak, tapi ku bilang padanya aku memiliki alasan tersendiri, dan pada nyatanya aku akan selalu memilki teman setia dan mengerti diri ku. Benar saja. Allah maha baik, dan aku selalu berdoa untuk dikumpulkan kembali bersama di surgaNya.
Hidup ku sudah berjalan 21 tahun, tapi sosoknya tidak pernah berubah sama sekali. Rasa sayangnya unik dan bentuknya beragam. Aku tumbuh dewasa, dan aku bahagia tumbuh bersama dengan cerewetnya yang ramai.
Memiliki dua kakak laki-laki yang memiliki prinsip yang kuat, menjadi kebahagiaan tersendiri yang baru ku sadari belakangan ini. Komunikasi memang tidak setiap hari, tapi bentuk cinta manusia tidak selamanya serupa. Selalu bersedia mendengarkan kisah ku, masalah ku, dengan usahanya mereka memberikan pelajaran terbaik untuk ku. Sangat lah cukup.
Aku belajar bahwa kebahagiaan tidak selamanya datang dari apa yang kita inginkan, mungkin bahagia sudah datang tepat disamping kita, bersama kita, ditangan kita, hanya saja kita belum menyadarinya, dan belum melihatnya.
Satu hal yang selalu aku yakini bahwa Allah maha baik, selalu memberi sebelum kita meminta.
Ibu♡ mewek kangen ibu😭 the real LDR paling sakit ya sama ibu.
BalasHapus