Rinjani: Kenapa Aku Harus Hidup?


Pendakian ketiga,
Rinjani, 3.726 mdpl.

Ibarat pemain bola merayakan dirinya ketika berhasil menjuarai liga, maka aku merayakan hidup ku melalui pendakian puncak Gunung Rinjani.

cerita pendakian ini serupa dengan jalan hidup ku, dimana sebagian manusia hanya melihat keindahan puncak yang aku perlihatkan, tapi tidak dengan proses beratnya pijakan demi pijakan yang telah aku lalui. 

ada angin badai yang berusaha menjatuhkan badan ku, udara dingin yang membuat tangan dan kaki ku mati rasa, tanah dan pasir licin yang membuat aku terjatuh berkali-kali, melewati ranting yang dapat menggores luka, hingga pohon tumbang yang harus aku lewati perlahan. semua tidak mudah untuk memotret dan memperlihatkan kepada manusia lainnya, karena fokus ku saat itu adalah hati hati dan menyelamatkan diri sendiri. begitulah jalan cerita kehidupan ku, dan juga cerita kehidupan manusia lainnya. sayangnya, kadangkala kita terbutakan rasa takjub akan pencapaian tapi tidak dengan pembelajaran prosesnya. 

Merbabu, Slamet, dan Rinjani. Menjadi saksi akan proses penyembuhan dan penerimaan takdir hidup ku. Menjawab satu pertanyaan yang telah ku singgung pada blog sebelumnya:

"Kenapa aku harus hidup?"

Rinjani adalah wishlist terbesar ku di tahun ini. semua baru bermula sejak bulan Maret. yes, baru 3 bulan yang lalu aku mempelajari tentang gunung, pendakian, dan bagaimana cara memijakkan kaki di puncaknya. Sebagian besar teman teman dan keluarga ku tentu terkejut akan pilihan ku menghabiskan waktu di hari libur, bahkan kaka ku bilang "jangan meremehkan gunung, percaya diri dan sombong  itu beda tipis."

Blog kali ini aku akan memberitahu satu kunci penting tentang pendakian yang telah aku lalui, bahwa: aku mendaki gunung bukan karena hobi, tapi aku benar-benar mencari titik terang alasan kenapa aku harus hidup.

sekali lagi, aku benar-benar mencari jawaban: kenapa aku harus hidup.

Sehingga, akan sulit aku menceritakan dan menjelaskan bagaimana aku mempersiapkan semuanya dan bagaimana mental serta fisik ini bisa serasi bekerja sama mencapai ketiga puncak gunung-gunung tersebut. 

aku tidak mencari validasi, tidak mencari bahan konten, tidak mencari pengakuan, tapi pendakian ini benar benar cerita tentang aku yang mencari jawab dari Allah melalui gunung-gunung yang berdiri tegap. aku mencari rahasia dibalik tubuhnya yang gagah dibawah sinar mentari. aku mencari dibawah rembulan yang menyinari malam. aku mencari dibalik lautan awan kumulus saat mentari menyapa pagi. aku mencari segalanya walau tanda tanya dan gelisah terus menghantui. 

sampai pada saatnya, air mata menetes perlahan sembari melihat bintang malam. aku tidak tahu ada apa dibalik puncak, dan bagaimana hidup ku setelah turun dari gunung. benak ku saat pertama kali menaiki elf untuk ke Merbabu, aku akan duduk, tidur, bangun, berjalan dengan tas carrier ku sembari menunduk melihat tanah yang menanjak, menikmati perihnya otot dan lelahnya tubuh ku, aku siap untuk tidak berbicara dan berkenalan, aku ingin merenungi segala kehidupan yang telah aku lalui, bagaimana nanti, aku hanya ingin hari itu adalah hari yang ku lalui bersama alam. aku akan memutar setiap kenangan buruk satu per satu yang menghantui diri ku sendiri. akan ku putar satu per satu setiap kesalahan dan kebodohan diri ku.

kenyataannya, Allah berikan banyak kejutan. satu dua orang menyapa, merangkul, memperkenalkan diri, dan memperkenalkan indahnya Merbabu, Slamet, dan Rinjani.

aku naik sebagai manusia dengan tanda tanya kenapa harus hidup. aku turun dari 3 gunung dengan menjawab pertanyaannya. 

kenapa aku harus hidup?

karena segala kenangan dahulu yang ku lewati, begitu indah untuk direnungi diri sendiri. 

kenapa aku harus hidup...

karena aku punya banyak manusia yang membantu ku bertahan, menahan, mendorong, tersenyum, tertawa, memberi, agar aku bisa terus berjalan.

kenapa aku harus hidup...

karena aku diciptakan seindah itu oleh Tuhan ku. 

aku dengan segala kecerobohannya, aku dengan kecengengannya, aku dengan kerandomannya, aku dengan hati yang lembut, aku yang penuh dengan ekspresif, aku dengan kesalahannya, aku dengan keberaniannya, aku dengan segala yang diberikan oleh Tuhan ku... 

dan aku memilih bertahan sampai detik ini. 

maka, ada bagian hidup yang harus aku ambil kendali seorang diri. bagian yang harus aku sendiri mengingatnya, tanpa peran ayah mama ku lagi, kaka kaka ku lagi, teman teman ku lagi, karena itu lah kehidupan.

hidup ini, begitu indah dengan membuka lembar demi lembar lampau tentang buku yang berjudul perjalanan Haykal. bukan tentang manusia lainnya.

maka, buka lembaran buku mu, baca perlahan sejak kamu dilahirkan dan renungkanlah betapa hebatnya diri mu bertahan dari segala perubahan dan ketidakpastian, bertahan dari sosok manusia yang diambil satu per satu walau kamu sejak awal tidak bisa ikhlas melepaskannya. renungkanlah dan bahagia lah.

Pendakian ketiga ku, menjawabnya.

kenapa aku harus hidup.

Hikmah singkat 3 gunung, selesai.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer